Bedug pendowo – Merupakan salah satu saksi sejarah kemajuan perkembangan agama Islam di kota kecil Jawa Tengah yang lebih tepatnya di daerah pesisir laut selatan perbatasan dengan Magelang dan Yogyakarta, Purworejo yang dahulunya di kenal dengan Tanah Bagelen yang pada saat ini merupakan daerah yang sangat di segani oleh daerah-daerah lain,dalam sejarah saat itu ada salah satu tokoh Islam yaitu Sunan Geseng muballigh besar yang meng-islamkan wilayah Purworejo dan sekitarnya bahkan pengaruhnya hingga ke Yogyakarta dan Magelang.
Purworejo merupakan kota kecil yang kini sudah sangat tua sekitar 1113 tahun usianya memiliki banyak sejarah yang harus di gali tak terkecuali ikon Islam di perkembangan agama Islam yang ada di kota ini Bedug Pendowo yang terkenal sebagai Bedug Islam Terbesar Dunia yang hingga kini masih kokoh berada di Masjid Darul Muttaqien yang tempatnya berada di dekat alun-alun kabupaten Purworejo.
Bedug Pendowo dan Masjid Darul Muttaqien merupakan sejarah Islam peninggalan Cokronagoro I yang merupakan bupati pertama di Purworejo yang lebih di kenal dengan Adipati Cokronagoro I yang di masa mudanya mengabdi Kepatihan Kraton Surakarta yang mendapat tugas mengawasi perairan atau irigasi di daerah Ampel dan Boyolali, di masa tugasnya selesai Cokronagoro I kembali ke Purworejo mengabdi menjadi bupati pertama dan mempersembahkan Bedug yang menjadi karya besar umat Islam dalam pembuatannya di perintahkan langsung oleh sang bupati yang sangat peduli dengan perkembangan Islam di tanah Purworejo.
Bedug Kyai Bagelen atau Bedug Pendowo yang di buat dengan salah satu pohon terbesar yang ada pada saat itu yaitu pohon jati pandowo, pohon yang di ambil pun bukan sembarang pohon, pohon jati ini memiliki ke unikan sendiri yang bercabang lima maka di sebutnya dengan jati pandowo.
Dalam berbagai informasi pohon yang di buat bedug ini merupakan pohon kramat dan tidak boleh di tebang oleh tokoh masyarakat setempat namun atas perintah sang bupati pertama Cokronagoro I yang tidak mempercayai tahayul atau mitos dan mengutus ulama Kyai Irsyad untuk menebang dan di serahkan ke Tumenggung Prawironagoro, akhirnya beduk yang di buat sekitar tahun 1837 oleh Tumenggung Prawironagoro dan Raden Patih Cokronagoro selesai di buat dan di tempatkan di Masjid Agung Kadipaten yang saat ini bernama Masjid Darul Muttaqien.
Sejarah Bedug Purworejo yang saat pembuatannya dengan ukuran kayu yang sangat besar dan tidak ada sambungan membuat penasaran bagai mana tidak bedug yang ber ukuran panjang sekitar 282 cm garis tengah depan 194 cm garis tengah belakang 180 cm keliling bagian depan 601 cm keliling bagian belakang 564 cm dengan jumlah paku depan 120 buah dan jumlah paku belakang 98 buah dan lulangnya dari kulit banteng, menjadikan bedug ini termashur dan terkenal di Asia dan Dunia, bedug yang terbuat dari jati pendowo atau pohon jati yang bercabang lima berasal dari dukuh pendowo desa brengkolan Purwodadi menjadi sejarah betapa sangat berartinya bedug ini di wilayah Purworejo untuk mensyiarkan agama Islam.
Hingga saat ini bedug pendowo sudah menjadi cagar budaya atau peninggalan budaya yang harus di jaga dan dirawat untuk mengenang para pembuatnya juga perkembangan Islam di tanah Bagelen atau Purworejo nama kabupaten saat ini, bedug yang sudah berusia 177 tahun kini menjadi ikon kebanggan umat Islam di wilayah Purworejo dan akan menjadi saksi sejarah perkembangan Islam di daerah selatan wilayah Jawa Tengah.
Bagi anda yang belum pernah datang silahkan berkunjung wisata religi di Mesjid Agung Purworejo yang bernama Masjid Darul Muttaqien di sana akan anda jumpai bedug Pendowo yang terkenal terbesar di Asia dan Dunia, yang pasti bangunan Masjid dan Bedug sama-sama memiliki umur yang sangat tuan,
demikian ulasan tentang sejarah Bedug Purworejo Terbesar Di Dunia, semoga informasi ini bermanfaat bagi anda semua.